BAB I
Sloka 1.
pranamya sirasā visnum
trailokyadhipatim prabhum
nānā-sasroddhrtam vaksye
rāja-nīti samuccayam
Sembah sujud sastanga hamba yang rendah kepada Sri Visnu, Penguasa dari ketiga susunan alam semesta. Hamba menyampaikan ajaran yang disarikan dari berbagai sastra dan dinamakan kumpulan raja-niti.
Sloka 2.
adhītyedam yathā śastram
naro jānāti sattamah
dharmopadesa vikhyātam karyakaryam
śubhāśbham
Ia yang mengerti ajaran Niti Sastra yang baik ini, yang mengajarkan ajaran-ajaran dharma yang termasyhur, dengan pengetahuan ini apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang patut Sloka dilakukan dan apa yang tidak patut dilakukan. Orang seperti itu hendaknya mengerti sebagai orang utama.
Sloka 3.
tadaham sampravaksyāmi
Iokānām hita-kāmyayā
yasya vijñāna-mātrena
sarva-jñatvam prapadyate
Apa-apa yang akan hamba sampaikan ini adalah dengan tujuan kesejahteraan seluruh umat manusia. Dengan memahami segala ajaran ini, seseorang dimengerti sebagai sarvajna, yaitu mengerti segala sesuatu dengan sebenamya.
Sloka 4.
murkha śisyopadeśena
dustā-strī bharanena ca
dukhitaih samprayogena
Pandora's py avasīdati
Dengan mengajarkan murid yang bodoh, dengan memelihara istri yang jahat dan dengan bergaul terlalu rapat dengan orang yang selalu dalam kedukaan, seorang pendeta yang bijaksana pun akan mengalami penderitaan.
Atha Dvitīyodhyāyah
BAB II
Sloka 1.
anrtam sāhasam māyā
murkhhatvam atilobhatā
asaucatvam nirdayatvam
strīnām dosāh svabhāvajā
Berkata-kata yang tidak mengandung kebenaran/ tidak jujur, terlalu benafsu/berani melakukan sesuatu, maya atau palsu bercampur curang, bodoh, loba terhadap segala sesuatu, tidak bersih dan tidak suci serta hatinya kejam, semua itulah sifat berdosa yang umum dimiliki oleh kaum wanita.
Sloka 2.
bhojyam bhojana śaktiś ca
rati sakti varāmgana
vibhavo dāna saktis ca
nālpasya tapasah phalam
Selalu tersedia aneka jenis makanan yang patut dimakan, kuat makan makanan yang enak dan suci, kuat berhubungan dengan wanita yang sudah syah teman sebagai istri berdasarkan hukum agama dan hukum masyarakat. memperoleh wanita cantik sebagai istri, dan kuat bersedekah/berdana punia. Semua ini bukanlah hasil dari melakukan pertapaan biasa.
Sloka 3.
yasya putro vásībhuto
bhāryā chandānugāminī
vibhave yasca santustas
tasya svarga ihaiva hi
Kalau seorang anak bhakti kepada orang tua, sang istri penurut, merasa puas terhadap hana benda yang dimiliki, sebenarnya kesenangan Surga dinikmati oleh orang tersebut di dunia ini.
Sloka 4.
te putrā ye pitur-bhaktāh
sa pitā yastu pasakah
tan mirtam yatra visvasah
sā bhāryā yatra nirvrtih
Yang disebut putra adalah mereka yang bhakti kepada bapak. Yang disebut bapak adalah dia yang menanggung/memelihara anak-anaknya. Yang disebut teman adalah dia yang memiliki rasa percaya dan bisa dipercaya, dan seorang istri adalah dia yang selalu memberikan kebahagiaan.
Atha Trtīyo’dhyīyah
BAB III
Sloka 1.
kasya dosah kuIe nāsti
vyādhinā ke na pīditāh
vyasananm kena na prāptam
kasya saukhyam nirantaram
Keluarga mana yang tidak ada dosanya? Siapa yang tidak pernah sakit? Siapa yang tidak pernah mendapat kedukaan? Siapa yang selama hidupnya selalu dalam kesukaan?
Sloka 2.
ācārah kulamākhyāti
desamākhyāti bhāsanam
sambhramah snehamākhyāti
vapurākhyāti bhojanam
Keluarga dikenal dari tingkah laku, negara asal seseorang dikenal dari bahasa, cinta kasih terlihat dari rasa hormat serta kelembutan, dan petumbuhan badan dapat dilihat dari makannya.
Sloka 3.
satkule yojayet kanyām
putram vidyasu yojayet
vyasane yojayecchatrum
mitram dharmena yo jayet
Susunlah agar perkawinan putri anda dengan keluaga baik-baik, didiklah agar putra anda tekun dalam kesibukan mempelajari ajaran-ajaran suci. Buatlah musuh supaya selalu dalam kesulitan/kewalahan, dan ajaklah, ajarkanlah agar sahabat anda tekun dalam kebenaran.
Sloka 4.
durjanasya ca samasya
varam sarpo na durjanah
sarpo damsati kāle tu
durjanastu pade pade
Perbandingan antara seorang jahat dengan seekor ular adalah masih lebih baik sang ular, bukan orang jahat yang lebih baik. Sebabnya adalah bahwa ular menggigit orang hanya sewaktu-waktu/sekali saja, sedangkan orang jahat menggigit orang dalam setiap langkahnya.
Atha Caturthodhāyayah
BAB IV
Sloka 1.
āyuh karma ca vittam ca
vidyā nidhanam eva ca
pañcaitāni hi srjyante
garbhasthasyeva dehināh
Umur, pekerjaan, kekayaan, pengetahuan dan kematian, kelima hal ini sudah ditentukan sewaktu kita masih dalam kandungan.
Sloka 2.
sādhubyaste nivartante
putra-mitrānii bāndhavah
ye .ca taih saha gantāras -
taddharmātsukrtam kulam
Putra-putra, teman-teman dan keluarga, semua jauh dari orang suci tetapi, dengan mengadakan pergaulan/mengikuti orang suci; putra, teman, sanak keluarga dan siapa saja yang mengikuti orang suci ini akan terbebaskan dari segala kesengsaraan duniawi. Dari kegiatan suci ini keluarga akan mendapatkan pahala yang baik.
Sloka 3.
darsana-dhyāna-samsparsair
matsī kūrmī ca paksinī
sisum pālayate nityam
tathā sajjana samgatih
Sebagaimana ikan, kura-kura dan burung memelihara anak-anaknya dengan cara melihat, mengingat dan menyentuh, seperti itulah cara orang suci menyucikan orang yang dekat dengannya.
Sloka 4.
yāvat svastho hyayam deho
yāvam mrtyus ca dūratah
tāvad atma-hitam kuryāt
prānānte kim karisyati
Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah sesuatu yang menyebabkan kebaikan bagi roh anda, yaitu yang keinsyafan diri. Pada saat kematian menjelang, apa dapat dilakukan?
Atha Pañcamo'dhyāyah
BAB V
Sloka 1.
gururagnir dvijātīnām
varnānām brahmano guruh
patireva guruh strinam
sarvasyābhyāgato guruh
Deva Agni adalah guru bagi para Dvi jati, Brahmana adalah guru bagi ksatriya, vaisya dan sudra, guru bagi seorang istri adalah suami, dan seorang tamu adalah guru bagi semuanya.
Sloka 2.
yathā caturbhih kanakam parīksyate
nigharsanacchedana tāpa tādanaih
tatha caturbhih purusah parīksyate
tyāgena śīlena gunena karmana
Sebagaimana emas diuji dengan empat cara yaitu digesek-gesek, digunting, dipanaskan dan dipukul-pukul, seperti ltulah 4 (empat) cara menguji orang, yaitu dengan ketidakterikatan, tingkah laku, sifat dan pekerjaannya.
Sloka 3.
tāvad bhayena bhetavyam
yāvad bhayam anāgatam
āgatam tu bhayam viksya
prahartavyamaśankayā
Sampai kapan bahaya tidak datang, selama itu orang hendaknya merasa takut/was-was. Begitu bahaya datangnya hendaknya tanpa pikir-pikir lagi dihantam saja.
Sloka 4.
ekodarasamudbūtā
eka naksatra jātakāh
na bhavanti sama silair
yathā badari-kantakāh
Walapun orang lahir dari kandungan ibu yang sama, bintang yang sama pula, tetapi watak dan kelakuan pasti berbeda, bagaikan badari (zizyphus jujuba? ) dengan dirinya.
Atha Sastho'dhyāyah
BAB VI
Sloka 1.
Srutvā dharmam vi jānāti
srutvā tyajati durmatim
srutvā jñānamavāpnoti
srutva moksamavapnuyat
Setelah membaca dan mendengar Veda orang bisa mengerti dharma, dengan mendengarkan Veda pikiran-pikiran buruk bisa dihilangkan, dengan mendengarkan Veda orang bisa betul-betul berpengetahuan, hanya dengan mendengarkan Veda orang bisa mendapatkan pembebasan.
Sloka 2.
kākah paksisu cāndālah
pasūnām caiva kukkurah
pāpo munīnām cāndālah
sarvesām caiva nindakah
Diantara burung, yang dipandang candala/hina adalah burung gagak. Diantara binatang, anjing dipandang candala. Diantara orang suci, yang dipandang candala adalah orang-orang berdosa, dan diantara semuanya yang dipandang candala adalah orang yang suka menjelekkan orang lain.
Sloka 3.
bhasmanā śuddhyate kāmsyām
tāmramamlena suddhyati
rajasā suddhyate nārī
nadīm vegena śuddhyati
Kuningan dibersihkan dengan abu, lembaga dibersihkan dengan asam, wanita dibersihkan oleh haid atau rajasvala, dan sungai menjadi bersih oleh arus yang deras.
Sloka 4.
bhraman sampūyate rājā
bhraman sampūyate dvijah
bhraman sampūyate yogi
bhramati strī vinaśyati
Raja yang selalu mengadakan perjalanan dipuji dan dihormati, para pendeta yang mengadakan perjalanan keliling dipuji dan dihormati, Yogi yang mengembara amat dihormati, tetapi kalau wanita yang keliling-keliling pasti mengalami kehancuran.
Atha Saptamo'dhyayah
BAB VII
Sloka 1.
arthanāsam manastāpam
grhe duscaritāni ca
vañcanam cāpamanam ca
matiman na prakāśayet
Orang yang bijaksana hendaknya tidak mengatakan kepada orang lain tentang kehancuran harta bendanya, tentang kesedihan pikirannya, tentang kelakuan istrinya yang jelek, tentang penipuan yang dilakukan oleh orang lain kepada dirinya, atau kalau ada orang yang membuatnya malu.
Sloka 2.
dhana-dhānya prayogesu
vidyā samgrahānesu ca
āhāre vyavahāra ca
tyakta lajjāh sukhī bhavet
Dalam urusan mencari beras dan dalam hal keuangan, dalam hal menuntut ilmu, dalam hal makan dan dalam hal perdagangan, kalau orang meninggalkan rasa malu, orang itu akan memperoleh kesukaan.
Sloka 3.
santosāmrta trptānām
tat sukham sānta-cetasām
na ca tad dhana-lubdhānām
itaś cetaś ca dhāvatām
Orang-orang bijaksana berhati damai, yang telah mendapat kepuasan dari amerta rohani, beliaulah yang bisa memperoleh kebahagiaan dan kedamaian pikiran, bukan orang yang pergi ke sana ke mari karena loba mencari kekayaan.
Sloka 4.
santosas trisu kartavyah
svadāre bhojane dhane
trisucaiva na kartavyo'
dhyayane japa danāyoh
Hendaknya orang merasa puas terhadap tiga hal ini, yaitu: terhadap istri sendiri, terhadap makanan dan terhadap kekayaan yang didapat dengan cara yang halal. Tetapi terhadap tiga hal, yaitu: mempelajari ilmu
Atha Asamo'dhyayah
BAB VIII
Sloka 1.
adhamā dhanamicchanti
dhanam manam ca madhyamāh
uttamā mānamicchanti
māno hi mahatām dhanam
Orang-orang rendah menginginkan harta belaka, orang-orang yang termasuk golongan menengah menginginkan harta dan kehormatan, dan golongan teratas hanya menginginkan kehormatan, karena sesungguhnya kekayaan bagi orang bijaksana adalah kehormatan.
Sloka 2.
iksur āpah payo mūlam
tāmbūlam phalamausadham
bhaksayitvāpi kartavyāh
snāna dānādikāh kriyāh
Setelah makan tebu, minum air, minum susu, makan umbi-umbian, sirih, buah-buahan dan obat-obatan, mandi, berdema dan lain-lain pekerjaan dapat dilakukan.
Sloka 3.
dipo bhaksayate dhvāntam
kajjalam ca prasūyate
yad annam bhaksyate nityam
jāyate tādrsī prajā
Sebagaimana lampu memakan kegelapan dan menghasilkan asap hitam, seperti itu pula manusia, sebagaimana makanan yang biasa dimakan seperti itu pula keturunan yang akan dilahirkan.
Atha Navamo'dhydyah
BAB IX
Sloka 1.
muktimichasi cettāsa
visayam visavattyaja
ksamārjavam dayām saucam
satvam piyāsaavat piva
Wahai saudara tercinta ...... , kalau menginginkan moksa atau pembebasan dari roda kelahiran dan kcmatian. tinggalkanlah objek-objek kesenangan indriya dengan mcmandangnya bagaikan racun. Sebaliknya minumlah amerta bcrupa sifat suka mengampuni. tingkah laku yang baik dan benar, cinta kasih pada setiap makhluk, kesucian batin, dan kebenaran.
Sloka 2.
parasparasya marmani
ye bhāyante narādhamāh
ta eva vilayam yānti
valmīkodara sarpwsavat
Orang yang bersifat rendah yang berkumpul membicarakan masalah rahasia/kejelekan orang lain akan menemui kehancuran bagaikan ular masuk ke dalam bukit sarang semut.
Sloka 3.
gandhah survarne phalamiksu dande
nakāri puspam khalu candanasya
viduān dhani bhūpati dirgha yīvī
dhātuh pursko'pi na buddhido'bhūt
Pastilah pada mulanya tidak ada yang membelikan nasehat kepada Dewa Brahma supaya emas berbau harum, tebu berbuah, pohon cendana berbunga, supaya orang terpelajar bijaksana tidak menjadi kaya, dan raja tidak berumur panjang.
Sloka 4.
sarvausadhināmamrtā pradhānā
sarvesu saukhyesvaśanam pradhānam
sarvendriyanam mayanam pradhām
sawegu gātresu sirah pradhānam
Amerta adalah obat yang paling utama. Di antara kesenangan, makan-makanan yang enak adalah paling utama. Dari seluruh indriya, mata adalah yang paling utama, dan diantara seluruh anggota badan, kepala adalah yang paling penting.
Atha Daśamo’dhyāyah
BAB X
Sloka 1.
dhana-hīno na hīnaś ca
dhanikah sa suniścayah
vidyaratnena yo hīnah
sa hīnah sarvavastusu
Orang yang kurang dalam harta benda bukanlah orang miskin. Sebaliknya orang kaya adalah dia yang memiliki ilmu pengetahuan. Dia yang kurang dalam ilmu pengetahuan, sesungguhnya dalam segala keadaan ia disebut orang miskin.
Sloka 2.
drstipūtam nyasetpādam
vastra-pūtam pibejjalam
sāstra-pūtam veded-vākyam
manah-pūtam samācaret
Lihatlah dengan teliti dulu (jalan dan lain-lain yang akan dilewati), barulah melangkahkan kaki. Minumlah air setelah disaring dengan kain. Sesuaikan dulu dengan sastra/kitab suci barulah kemudian anda boleh berbicara, dan setelah dipikirkan matang-matang barulah melakukan suatu perbuatan.
Sloka 3.
sukhārthī cetyajed-vidyām
vidyārthī cetyajet-sukham
sukārthinah kuta vidyā
kuto vidyārthinah sukham
Kalau menginginkan kesenangan buanglah jauh-jauh ilmu pengetahuan. Kalau menginginkan ilmu pengetahuan tinggalkanlah kesenangan. Oleh karena bagi orang yang menginginkan kesenangan indriya-indriya mana mungkin ada ilmu pengetahuan, dan sebaliknya bagi yang mengharapkan ilmu pengetahuan mana mungkin ada kesenangan.
Sloka 4.
kavayah kim na pasyanti
kim na kurvanti yositah
madyapāh kim na kalpanti
kim na khādanti vāyasāh
Apa yang dapat lepas dari pengamatan orang suci? Perbuatan apa yang tidak bisa dilakukan oleh para wanita? Bagi para pemabuk kata-kata apa yang tidak dapat diucapkannya? Dan bagi si burung gagak apa yang tidak dimakan olehnya?
Atha Ikādaśo'dhyāyah
BAB XI
Sloka 1.
dātrtvam priya vaktrtvam
dhīratvamucitajñatā
abhyāsena na labhyante
catvārah sahajā gunāh
Kedermawanan, berkata-kata manis menyenangkan, keteguhan/kesungguhan dan pengertian/kelakuan yang baik, keempat ini tidak diperoleh dengan membiasakan, melainkan adalah sifat pembawaan adanya.
Sloka 2.
ātma vargam parityajya
para vargam samasrayet
svayam evamlayam yati
yatha rajyamardhamatah
Meninggalkan golongan sendiri dan mencari perlindungan pada golongan orang lain, dengan sendirinya orang tersebut menemui kemusnahan, bagaikan raja yang menempuh jalan adharmah/ketidakbenaran (pasti menemui kehancuran).
Sloka 4.
kalau daśa sahastrāni
haris tyajati medinīm
yadardham jāhnavī-toyam
yadardham grāma-devatāh
Dalam kaliyuga sepuluh ribu tahun Sri Hari meninggalkan bumi, setengahnya lagi air suci gangga dan setengahnya lagi dewa penguasa desa (gramadevatah).
Atha Dvadaso'dhyāyah
BAB XII
Sloka 1.
sānandam sadanam sutastu suhidyah kāntā priyālāpinī
icchāpūrtidhanom svayositi rating svājnaparah sevakāh
atithyam sivapujanam pratidinam mistānapānam grhe
sādoh sanggamupsate ca satatam dhanyo grhasthāsramah
Tinggal di dalam rumah penuh dengan kebahagiaan. anak-anak semua cerdas. istri selalu berkata-kata manis. kekayaan cukup untuk memenuhi keinginan, hidup berbahagia dengan istri sendiri, pelayanan-pelayan patuh pada segala apa yang diperintahkan. Tamu-tamu dihormati, setiap hari tekun memuja Tuhan Yang Maha Esa. Semua tersedia makanan dan minuman yang enak. Selalu bergaul dengan orang-orang suci, Grhastha yang demikian adalah grhastha yang amat beruntung adanya.
Sloka 2.
ārtesu vipresu dayānvitasce
acchedvana yā svalpamupaiti dānam
yaddīyate tanna labhet dvijebhyah
Orang yang mempunyai rasa belas kasihan dengan penuh keyakinan, memberikan sedikit dana kepada seorang brahmana yang sedang memerlukannya, ia akan mendapatkan imbalan yang tak terhingga. Apa yang diberikan kepada brahmana tidak akan kembali sebanyak yang diberikan, tetapi akan kembali berlipat ganda.
Atha Trayodaso'dhyāyah
BAB XIII
Sloka 1.
muhūrtamapi jīvecca
narah suklena karmanā
na kalpamapi kastena
loka-dvaya-virodhinā
Walaupun hanya sempat menikmati hidup sesaat saja, tetapi kalau dipergunakan untuk berbuat baik, itu masih lebih baik. daripada menikmati hidup satu kalpa tetapi menyebabkan penderitaan bagi kedua dunia, dunia ini dan dunia setelah mati.
Sloka 2.
gate'soko na kartavyo
bhavisyam naiva cintayet
vartamānena kālena
pravartante vicaksanāh
Jangan bersedih terhadap apa yang sudah berlalu. jangan pula risau terhadap apa yang akan datang. orang-orang bijaksana hanya melihat masa sekarang dan berusaha sebaik-baiknya.
Sloka 3.
svabhāvena hi tusyanti
devāh sat-purusāh pitā
jnātayah snāna-pānābhyām
vākya dānena panditāh
Para dewa, orang-orang utama dan ayah bisa dibuat senang dengan mempupuk sifat-sifat baik, sanak keluarga dengan memberikan mandi dan minum, dan untuk pendeta dengan mempesembahkan katakata yang menyenangkan.
Sloka 4.
āyuh karma ca vitañca
vidyā nidhanameva ca
pancaitāni ca srjayante
garbhasthasyaiva dehinah
Umur, pekerjaan, kekayaan, pengetahuan dan kematian, kelima hal ini ditetapkan semasih roh berada di dalam kandungan.
Atha Caturdaso'dhyāyah
BAB XIV
Sloka 1.
ātmaparādha-vrksasya
phalāyentāni dehinām
dāridraya-roga-duhkhāni
bandhanavyasanāni ca
Dari pohon dosa diri sendiri orang mendapatkan buah berupa kemiskinan, penyakit, kedukaan, ikatan dan kebiasaan buruk.
Sloka 2.
punar-vittam punar-mitram
punar-bhāryā punar-mahī
etat sarvam punar-labhayam
na śarīram punah punah
Kekayaan, teman, istri, kerajaan bisa didapatkan berulangkali. Semua itu dapat diperoleh berkali-kali. Tetapi, badan ini tidak bisa diperoleh berkali-kali.
Sloka 3.
bahūnām caiva sattvānām
samavāyo ripuñjayah
varsādhāro megas
trnairapi nivāryate
musuh dapat dikalahkan dengan persatuan orang banyak, bagaikan air bah akibat hujan lebat dapat dicegah dengan gabungan rumput.
Sloka 4.
jale tailam khale guhyam
paātre danam manāpi
prajñe sāstra svayam yāti
vistāram vastu-saktitah
Minyak dalam air, rahasia pada orang jahat, dana punia pada orang yang tepat, ilmu pengetahuan suci pada orang cerdas bijaksana. Pelan-pelan semua ini berkembang meluas dengan sendirinya.
Atha Pancadaso'ddhyāyah
BAB XV
Sloka 1.
yasya cittamdravī-bhūtam
krpayā sarva jantusu
yasya jñanena moksena
kim jatābhasmalepanaih
Bagi orang yang memiliki rasa belas kasihan terhadap setiap makhluk. Apa perlunya pengetahuan, pembebasan, rambut dikusut di atas kepala dan mengolesi debu di badan?
Sloka 2.
ekamevāksaram yastu
guru sisyam prabhodayet
prthivyām nāsti tad-dravyam
Yadrttvā cānrnī bhavet
Walaupun guru mengajarkan satu huruf saja pada murid, di atas bumi ini tidak ada sesuatu milik/harta yang dapat dipakai melunasi hutang ilmu si muridkepada gurunya.
Sloka 3.
khalānām kantakānaām ca
dvividhaiva pratikriyā
upanad-mukha-bhamgovā
dūrato vā visarjanam
Ada dua usaha untuk menghadapi orang jahat dan duri, yaitu pukulan sepatu ke mukanya atau buang saja dia jauh-jauh.
Sloka 4.
kucailinam dantalopadhārinam
bahvāsinam nisthura-bhāsanam ca
sūryodaye cāstāmite sayānam
vimuñcati srīryadi cakrapānih
Orang yang berpakaian kotor, digiginya melekat kotoran, makanan terlalu banyak, yang berkata-kata keras dan kasar, menggunakan waktu antara matahari terbit dan terbenam dengan tidur. Walaupun ia hebat dan agung bagaikan Sang Hyang Cakrapani, tetapi Sri Laksmi akan menjauh darinya.
Atha Sodaso'dhyāyah
BAB XVI
Sloka 1.
na dhyātam padamiśvarasya vidhivat samasāra vicchittaye
svarga dvāra kapātapātanapatuh dharmo'pi nopārjitah
nārī-pīna-payodharoruyugalam svanepi nālinggitam
mātuh kevalameva yauvanavanacchede kuthārā vayam
Tidak melakukan pelayanan cinta kasih bhakti kepada Kaki Padma Tuhan Yang Maha Esa untuk membebaskan diri dari kesengsaraan berupa kelahiran dan kematian berulangkali, tidak melakukan dharma atau kewajiban-kewajiban suci yang dapat menyebabkan pintu alam surga terbuka, juga tidak memimpikan untuk memeluk kedua buah dada dan paha indah wanita, kita yang demikian itu hanya merupakan kapak pemotong usia muda ibu kita.
Sloka 2.
jalpanti sārddha-manyena
paśyantanyam savibhramāh
hrdaye cintayatyanyam
na strīnāmekano ratih
Saat seorang wanita bercakap-cakap dengan seorang lelaki, dia memandang lelaki lain dengan bernafsu dan pada saat yang sama memikirkan lelaki lain lagi di dalam hatinya. Cinta wanita tidak pernah satu.
Sloka 3.
yo mohānmanyate mūdho
rakteyam mayi kāminī
sa tasyā vaśago bhūtvā
nrtyet krida sakuntavat
Lelaki bodoh dalam kebingungan berpikir, “Wanita ini dalam kekuasaanku”. Dalam keadaan demikian dia menjadi budak wanita itu dan menari-nari bagaikan burung Sakuntala bermain-main.
Atha Saptadaso'dhyāyah
BAB XVII
Sloka 1.
pustaka pratyayādhītam
nādhītam gurusannidhau
sabhā-madhye na sobhante
jāra-garbhā iva striyah
Dia yang hanya belajar dari buku-buku tetapi tidak berguru, orang ini tidak bersinar di masyarakat. Bagaikan benih dan orang jahat di dalam kandungan wanita.
Sloka 2.
krte pratikrtim kuryāt
himsane prati-himsanam
tatra dosī na patati
duste daustayam samācaret
Perbuatan baik hendaknya dibalas dengan kebaikan, kejahatan dibalas dengan kekerasan. Dalam hal ini tidak ada dosa. Berhadapan dengan orang jahat kita perlu menggunakan kekerasan.
Sloka 3.
yad-dūram yad-durārādhyam
yacca dūre vyavasthitam
tat-sarvam tapaśa sādhyam
tapo hi duratikramam
Sesuatu yang jauh, sesuatu yang amat sulit diangankan dan sesuatu yang berada jauh dari kita semua itu bisa didapatkan dengan kekuatan pertapaan. Memang tidak ada yang mengalahkan pertapaan.
Om Swastyastu,
BalasHapusartikel ini merupakan suatu upaya universal untuk membagikan pengetahuan demi perbaikan dan kebaikan umat manusia. Selamat atas karma baiknya.
Hormat dari saya,
I KETUT DONDER
Om Swastyastu,
BalasHapusartikel ini merupakan suatu upaya universal untuk membagikan pengetahuan demi perbaikan dan kebaikan umat manusia. Selamat atas karma baiknya.
Hormat dari saya,
I KETUT DONDER