Kamis, 11 April 2019

Kumpulan Sloka Canakya Nitisastra




Atha Pratsamodhyayas 
BAB I

Sloka 1.

pranamya sirasā visnum
trailokyadhipatim prabhum 
nānā-sasroddhrtam vaksye
rāja-nīti samuccayam 

Sembah sujud sastanga hamba yang rendah kepada Sri Visnu, Penguasa dari ketiga susunan alam semesta. Hamba menyampaikan ajaran yang disarikan dari berbagai sastra dan dinamakan kumpulan raja-niti.

Sloka 2. 

adhītyedam yathā śastram 
naro jānāti sattamah 
dharmopadesa vikhyātam karyakaryam 
śubhāśbham

Ia yang mengerti ajaran Niti Sastra yang baik ini, yang mengajarkan ajaran-ajaran dharma yang termasyhur, dengan pengetahuan ini apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang patut Sloka  dilakukan dan apa yang tidak patut dilakukan. Orang seperti itu hendaknya mengerti sebagai orang utama. 

Sloka 3. 

tadaham sampravaksyāmi 
Iokānām hita-kāmyayā
yasya vijñāna-mātrena 
sarva-jñatvam prapadyate 

Apa-apa yang akan hamba sampaikan ini adalah dengan tujuan kesejahteraan seluruh umat manusia. Dengan memahami segala ajaran ini, seseorang dimengerti sebagai sarvajna, yaitu mengerti segala sesuatu dengan sebenamya. 

Sloka 4. 

murkha śisyopadeśena
dustā-strī bharanena ca 
dukhitaih samprayogena 
Pandora's py avasīdati 

Dengan mengajarkan murid yang bodoh, dengan memelihara istri yang jahat dan dengan bergaul terlalu rapat dengan orang yang selalu dalam kedukaan, seorang pendeta yang bijaksana pun akan mengalami penderitaan.




Atha Dvitīyodhyāyah
BAB II

Sloka 1. 

anrtam sāhasam māyā
murkhhatvam atilobhatā 
asaucatvam nirdayatvam
strīnām dosāh svabhāvajā

Berkata-kata yang tidak mengandung kebenaran/ tidak jujur, terlalu benafsu/berani melakukan sesuatu, maya atau palsu bercampur curang, bodoh, loba terhadap segala sesuatu, tidak bersih dan tidak suci serta hatinya kejam,  semua itulah sifat berdosa yang umum dimiliki oleh kaum wanita. 

Sloka 2. 

bhojyam bhojana śaktiś ca 
rati sakti varāmgana 
vibhavo dāna saktis ca 
nālpasya tapasah phalam 

Selalu tersedia aneka jenis makanan yang patut dimakan, kuat makan makanan yang enak dan suci, kuat berhubungan dengan wanita yang sudah syah teman sebagai istri berdasarkan hukum agama dan hukum masyarakat. memperoleh wanita cantik sebagai istri, dan kuat bersedekah/berdana punia. Semua ini bukanlah hasil dari melakukan pertapaan biasa. 

Sloka 3. 

yasya putro vásībhuto 
bhāryā chandānugāminī
vibhave yasca santustas 
tasya svarga ihaiva hi 

Kalau seorang anak bhakti kepada orang tua, sang istri penurut, merasa puas terhadap hana benda yang dimiliki, sebenarnya kesenangan Surga dinikmati oleh orang tersebut di dunia ini. 

Sloka 4. 

te putrā ye pitur-bhaktāh 
sa pitā yastu pasakah 
tan mirtam yatra visvasah
sā bhāryā yatra nirvrtih 

Yang disebut putra adalah mereka yang bhakti kepada bapak. Yang disebut bapak adalah dia yang menanggung/memelihara anak-anaknya. Yang disebut teman adalah dia yang memiliki rasa percaya dan bisa dipercaya, dan seorang istri adalah dia yang selalu memberikan kebahagiaan.



Atha Trtīyo’dhyīyah 
BAB III

Sloka 1. 

kasya dosah kuIe nāsti  
vyādhinā ke na pīditāh 
vyasananm kena na prāptam 
kasya saukhyam nirantaram 

Keluarga mana yang tidak ada dosanya? Siapa yang tidak pernah sakit? Siapa yang tidak pernah mendapat kedukaan? Siapa yang selama hidupnya selalu dalam kesukaan?

Sloka 2. 

ācārah kulamākhyāti 
desamākhyāti bhāsanam
sambhramah snehamākhyāti 
vapurākhyāti bhojanam 

Keluarga dikenal dari tingkah laku, negara asal seseorang dikenal dari bahasa, cinta kasih terlihat dari rasa hormat serta kelembutan, dan petumbuhan badan dapat dilihat dari makannya. 


Sloka 3. 

satkule yojayet kanyām 
putram vidyasu yojayet 
vyasane yojayecchatrum 
mitram dharmena yo jayet 

Susunlah agar perkawinan putri anda dengan keluaga baik-baik, didiklah agar putra anda tekun dalam kesibukan mempelajari ajaran-ajaran suci. Buatlah musuh supaya selalu dalam kesulitan/kewalahan, dan ajaklah, ajarkanlah agar sahabat anda tekun dalam kebenaran. 

Sloka 4. 

durjanasya ca samasya 
varam sarpo na durjanah 
sarpo damsati kāle tu 
durjanastu pade pade 

Perbandingan antara seorang jahat dengan seekor ular adalah masih lebih baik sang ular, bukan orang jahat yang lebih baik. Sebabnya adalah bahwa ular menggigit orang hanya sewaktu-waktu/sekali saja, sedangkan orang jahat menggigit orang dalam setiap langkahnya. 



Atha Caturthodhāyayah
BAB IV

Sloka 1. 

āyuh karma ca vittam ca 
vidyā nidhanam eva ca 
pañcaitāni hi srjyante 
garbhasthasyeva dehināh 

Umur, pekerjaan, kekayaan, pengetahuan dan kematian, kelima hal ini sudah ditentukan sewaktu kita masih dalam kandungan. 

Sloka 2. 

sādhubyaste nivartante 
putra-mitrānii bāndhavah 
ye .ca taih saha gantāras -
 taddharmātsukrtam kulam 

Putra-putra, teman-teman dan keluarga, semua jauh dari orang suci tetapi, dengan mengadakan pergaulan/mengikuti orang suci; putra, teman, sanak keluarga dan siapa saja yang mengikuti orang suci ini akan terbebaskan dari segala kesengsaraan duniawi. Dari kegiatan suci ini keluarga akan mendapatkan pahala yang baik.


Sloka 3. 

darsana-dhyāna-samsparsair 
matsī kūrmī ca paksinī 
sisum pālayate nityam 
tathā sajjana samgatih 

Sebagaimana ikan, kura-kura dan burung memelihara anak-anaknya dengan cara melihat, mengingat dan menyentuh, seperti itulah cara orang suci menyucikan orang yang dekat dengannya. 

Sloka 4. 

yāvat svastho hyayam deho 
yāvam mrtyus ca dūratah 
tāvad atma-hitam kuryāt 
prānānte kim karisyati 

Selama badan masih kuat dan sehat dan selama kematian masih jauh, lakukanlah sesuatu yang menyebabkan kebaikan bagi roh anda, yaitu yang keinsyafan diri. Pada saat kematian menjelang, apa dapat dilakukan? 





Atha Pañcamo'dhyāyah 
BAB V

Sloka 1.

gururagnir dvijātīnām 
varnānām brahmano guruh 
patireva guruh strinam 
sarvasyābhyāgato guruh 

Deva Agni adalah guru bagi para Dvi jati, Brahmana adalah guru bagi ksatriya, vaisya dan sudra, guru bagi seorang istri adalah suami, dan seorang tamu adalah guru bagi semuanya. 

Sloka 2. 

yathā caturbhih kanakam parīksyate
 nigharsanacchedana tāpa tādanaih 
tatha caturbhih purusah parīksyate 
tyāgena śīlena gunena karmana 

Sebagaimana emas diuji dengan empat cara yaitu digesek-gesek,  digunting, dipanaskan dan dipukul-pukul, seperti ltulah 4 (empat) cara menguji orang, yaitu dengan ketidakterikatan,  tingkah laku,  sifat dan pekerjaannya.


Sloka 3. 

tāvad bhayena bhetavyam 
yāvad bhayam anāgatam 
āgatam tu bhayam viksya 
prahartavyamaśankayā 

Sampai kapan bahaya tidak datang, selama itu orang hendaknya merasa takut/was-was. Begitu bahaya datangnya hendaknya tanpa pikir-pikir lagi dihantam saja. 

Sloka 4. 

ekodarasamudbūtā 
eka naksatra jātakāh 
na bhavanti sama silair 
yathā badari-kantakāh

Walapun orang lahir dari kandungan ibu yang sama, bintang yang sama pula, tetapi watak dan kelakuan pasti berbeda, bagaikan badari (zizyphus jujuba? ) dengan dirinya. 






Atha Sastho'dhyāyah 
BAB VI

Sloka 1. 

Srutvā dharmam vi jānāti 
srutvā tyajati durmatim 
srutvā jñānamavāpnoti 
srutva moksamavapnuyat

Setelah membaca dan mendengar Veda orang bisa mengerti dharma, dengan mendengarkan Veda pikiran-pikiran buruk bisa dihilangkan, dengan mendengarkan Veda orang bisa betul-betul berpengetahuan, hanya dengan mendengarkan Veda orang bisa mendapatkan pembebasan. 

Sloka 2. 

kākah paksisu cāndālah 
pasūnām caiva kukkurah
pāpo munīnām cāndālah 
sarvesām caiva nindakah

Diantara burung,  yang dipandang candala/hina adalah burung gagak.  Diantara binatang,  anjing dipandang candala.  Diantara orang suci,  yang dipandang candala adalah orang-orang berdosa, dan diantara semuanya yang dipandang candala adalah orang yang suka menjelekkan orang lain.

Sloka 3. 

bhasmanā śuddhyate kāmsyām 
tāmramamlena suddhyati
rajasā suddhyate nārī
nadīm vegena śuddhyati

Kuningan dibersihkan dengan abu, lembaga dibersihkan dengan asam, wanita dibersihkan oleh haid atau rajasvala, dan sungai menjadi bersih oleh arus yang deras. 

Sloka 4. 

bhraman sampūyate rājā
bhraman sampūyate dvijah 
bhraman sampūyate yogi 
bhramati strī vinaśyati

Raja yang selalu mengadakan perjalanan dipuji dan dihormati, para pendeta yang mengadakan perjalanan keliling dipuji dan dihormati, Yogi yang mengembara amat dihormati, tetapi kalau wanita yang keliling-keliling pasti mengalami kehancuran.





Atha Saptamo'dhyayah
BAB VII

Sloka 1. 

arthanāsam manastāpam 
grhe duscaritāni ca 
vañcanam cāpamanam ca 
matiman na prakāśayet 

Orang yang bijaksana hendaknya tidak mengatakan kepada orang lain tentang kehancuran harta bendanya, tentang kesedihan pikirannya, tentang kelakuan istrinya yang jelek, tentang penipuan yang dilakukan oleh orang lain kepada dirinya, atau kalau ada orang yang membuatnya malu. 

Sloka 2. 

dhana-dhānya prayogesu
vidyā samgrahānesu ca 
āhāre vyavahāra ca 
tyakta lajjāh sukhī bhavet 

Dalam urusan mencari beras dan dalam hal keuangan, dalam hal menuntut ilmu, dalam hal makan dan dalam hal perdagangan, kalau orang meninggalkan rasa malu,  orang itu akan memperoleh kesukaan.

Sloka 3. 

santosāmrta trptānām 
tat sukham sānta-cetasām 
na ca tad dhana-lubdhānām
itaś cetaś ca dhāvatām

Orang-orang bijaksana berhati damai, yang telah mendapat kepuasan dari amerta rohani, beliaulah yang bisa memperoleh kebahagiaan dan kedamaian pikiran, bukan orang yang pergi ke sana ke mari karena loba mencari kekayaan. 

Sloka 4. 

santosas trisu kartavyah 
svadāre bhojane dhane 
trisucaiva na kartavyo' 
dhyayane japa danāyoh

Hendaknya orang merasa puas terhadap tiga hal ini, yaitu: terhadap istri sendiri, terhadap makanan dan terhadap kekayaan yang didapat dengan cara yang halal. Tetapi terhadap tiga hal, yaitu: mempelajari ilmu





Atha Asamo'dhyayah
BAB VIII

Sloka 1. 

adhamā dhanamicchanti 
dhanam manam  ca madhyamāh
uttamā mānamicchanti 
māno hi mahatām dhanam 

Orang-orang rendah menginginkan harta belaka, orang-orang yang termasuk golongan menengah menginginkan harta dan kehormatan, dan golongan teratas hanya menginginkan kehormatan, karena sesungguhnya kekayaan bagi orang bijaksana adalah kehormatan. 

Sloka 2. 

iksur āpah payo mūlam 
tāmbūlam phalamausadham
 bhaksayitvāpi kartavyāh
snāna dānādikāh kriyāh

Setelah makan tebu, minum air,  minum susu, makan umbi-umbian, sirih, buah-buahan dan obat-obatan,  mandi, berdema dan lain-lain pekerjaan dapat dilakukan. 

Sloka 3. 

dipo bhaksayate dhvāntam
 kajjalam ca prasūyate 
yad annam bhaksyate nityam
jāyate tādrsī prajā

Sebagaimana lampu memakan kegelapan dan menghasilkan asap hitam, seperti itu pula manusia, sebagaimana makanan yang biasa dimakan seperti itu pula keturunan yang akan dilahirkan. 



Atha Navamo'dhydyah 
BAB IX 

Sloka 1.

muktimichasi cettāsa 
visayam visavattyaja 
ksamārjavam dayām saucam 
satvam piyāsaavat piva 

Wahai saudara tercinta ...... , kalau menginginkan moksa atau pembebasan dari roda kelahiran dan kcmatian. tinggalkanlah objek-objek kesenangan indriya dengan mcmandangnya bagaikan racun. Sebaliknya minumlah amerta bcrupa sifat suka mengampuni. tingkah laku yang baik dan benar, cinta kasih pada setiap makhluk, kesucian batin, dan kebenaran. 


Sloka 2. 

parasparasya marmani
ye bhāyante narādhamāh
ta eva vilayam yānti
valmīkodara sarpwsavat 

Orang yang bersifat rendah yang berkumpul membicarakan masalah rahasia/kejelekan orang lain akan menemui kehancuran bagaikan ular masuk ke dalam bukit sarang semut. 


Sloka 3. 

gandhah survarne phalamiksu dande 
nakāri puspam khalu candanasya 

viduān dhani bhūpati dirgha yīvī
dhātuh pursko'pi na buddhido'bhūt 

Pastilah pada mulanya tidak ada yang membelikan nasehat kepada Dewa Brahma supaya emas berbau harum, tebu berbuah, pohon cendana berbunga, supaya orang terpelajar bijaksana tidak menjadi kaya, dan raja tidak berumur panjang. 

Sloka 4. 

sarvausadhināmamrtā pradhānā
sarvesu saukhyesvaśanam pradhānam 
sarvendriyanam mayanam pradhām 
sawegu gātresu sirah pradhānam

 Amerta adalah obat yang paling utama. Di antara kesenangan, makan-makanan yang enak adalah paling utama. Dari seluruh indriya, mata adalah yang paling utama,  dan diantara seluruh anggota badan, kepala adalah yang paling penting. 


Atha Daśamo’dhyāyah
BAB X

Sloka 1.

dhana-hīno na hīnaś ca 
dhanikah sa suniścayah 
vidyaratnena yo hīnah
sa hīnah sarvavastusu 

Orang yang kurang dalam harta benda bukanlah orang miskin. Sebaliknya orang kaya adalah dia yang memiliki ilmu pengetahuan. Dia yang kurang dalam ilmu pengetahuan, sesungguhnya dalam segala keadaan ia disebut orang miskin.

Sloka 2. 

drstipūtam nyasetpādam
vastra-pūtam pibejjalam 
sāstra-pūtam veded-vākyam 
manah-pūtam samācaret 

Lihatlah dengan teliti dulu (jalan dan lain-lain yang akan dilewati), barulah melangkahkan kaki. Minumlah air setelah disaring dengan kain. Sesuaikan dulu dengan sastra/kitab suci barulah kemudian anda boleh berbicara, dan setelah dipikirkan matang-matang barulah melakukan suatu perbuatan. 

Sloka 3. 

sukhārthī cetyajed-vidyām 
vidyārthī cetyajet-sukham 
sukārthinah kuta vidyā
kuto vidyārthinah sukham 

Kalau menginginkan kesenangan buanglah jauh-jauh ilmu pengetahuan. Kalau menginginkan ilmu pengetahuan tinggalkanlah kesenangan. Oleh karena bagi orang yang menginginkan kesenangan indriya-indriya mana mungkin ada ilmu pengetahuan, dan sebaliknya bagi yang mengharapkan ilmu pengetahuan mana mungkin ada kesenangan. 

Sloka 4. 

kavayah kim na pasyanti
kim na kurvanti yositah
madyapāh kim na kalpanti 
kim na khādanti vāyasāh

Apa yang dapat lepas dari pengamatan orang suci? Perbuatan apa yang tidak bisa dilakukan oleh para wanita? Bagi para pemabuk kata-kata apa yang tidak dapat diucapkannya? Dan bagi si burung gagak apa yang tidak dimakan olehnya? 




Atha Ikādaśo'dhyāyah
BAB XI

Sloka 1. 

dātrtvam priya vaktrtvam 
dhīratvamucitajñatā
abhyāsena na labhyante
catvārah sahajā gunāh 

Kedermawanan, berkata-kata manis menyenangkan, keteguhan/kesungguhan dan pengertian/kelakuan yang baik, keempat ini tidak diperoleh dengan membiasakan, melainkan adalah sifat pembawaan adanya. 

Sloka 2. 

ātma vargam parityajya 
para vargam samasrayet 
svayam evamlayam yati 
yatha rajyamardhamatah 

Meninggalkan golongan sendiri dan mencari perlindungan pada golongan orang lain, dengan sendirinya orang tersebut menemui kemusnahan, bagaikan raja yang menempuh jalan adharmah/ketidakbenaran (pasti menemui kehancuran). 

Sloka 4. 

kalau daśa sahastrāni
haris tyajati medinīm 
yadardham  jāhnavī-toyam
yadardham grāma-devatāh

Dalam kaliyuga sepuluh ribu tahun Sri Hari meninggalkan bumi, setengahnya lagi air suci gangga dan setengahnya lagi dewa penguasa desa (gramadevatah). 



Atha Dvadaso'dhyāyah
BAB XII

Sloka 1.

sānandam sadanam sutastu suhidyah kāntā priyālāpinī
icchāpūrtidhanom svayositi rating svājnaparah sevakāh
atithyam  sivapujanam pratidinam mistānapānam grhe 
sādoh sanggamupsate ca satatam dhanyo  grhasthāsramah



Tinggal di dalam rumah penuh dengan kebahagiaan. anak-anak semua cerdas. istri selalu berkata-kata manis. kekayaan cukup untuk memenuhi keinginan, hidup berbahagia dengan istri sendiri, pelayanan-pelayan patuh pada segala apa yang diperintahkan. Tamu-tamu dihormati, setiap hari tekun memuja Tuhan Yang Maha Esa. Semua tersedia makanan dan minuman yang enak. Selalu bergaul dengan orang-orang suci, Grhastha yang demikian adalah grhastha yang amat beruntung adanya. 



Sloka 2.

ārtesu vipresu dayānvitasce 
acchedvana  yā svalpamupaiti dānam 
yaddīyate tanna labhet dvijebhyah

Orang yang mempunyai rasa belas kasihan dengan penuh keyakinan, memberikan sedikit dana kepada seorang brahmana yang sedang memerlukannya, ia akan mendapatkan imbalan yang tak terhingga. Apa yang diberikan kepada brahmana tidak akan kembali sebanyak yang diberikan, tetapi akan kembali berlipat ganda. 





Atha Trayodaso'dhyāyah
BAB  XIII

Sloka 1.

muhūrtamapi jīvecca
narah suklena karmanā 
na kalpamapi kastena
loka-dvaya-virodhinā 

Walaupun hanya sempat menikmati hidup sesaat saja, tetapi kalau dipergunakan untuk berbuat baik, itu masih lebih baik. daripada menikmati hidup satu kalpa tetapi menyebabkan penderitaan bagi kedua dunia, dunia ini dan dunia setelah mati. 

Sloka 2. 

gate'soko na kartavyo
bhavisyam naiva cintayet 
vartamānena kālena 
pravartante vicaksanāh 

Jangan bersedih terhadap apa yang sudah berlalu. jangan pula risau terhadap apa yang akan datang. orang-orang bijaksana hanya melihat masa sekarang dan berusaha sebaik-baiknya. 

Sloka 3.

svabhāvena hi tusyanti 
devāh sat-purusāh pitā
jnātayah snāna-pānābhyām 
vākya dānena panditāh

Para dewa, orang-orang utama dan ayah bisa dibuat senang dengan mempupuk sifat-sifat baik, sanak keluarga dengan memberikan mandi dan minum, dan untuk pendeta dengan mempesembahkan katakata yang menyenangkan. 

Sloka 4.

āyuh karma ca vitañca 
vidyā nidhanameva ca 
pancaitāni ca srjayante 
garbhasthasyaiva dehinah

Umur, pekerjaan, kekayaan, pengetahuan dan kematian, kelima hal ini ditetapkan semasih roh berada di dalam kandungan.



Atha Caturdaso'dhyāyah
BAB  XIV

Sloka 1.

ātmaparādha-vrksasya 
phalāyentāni dehinām 
dāridraya-roga-duhkhāni
bandhanavyasanāni ca

Dari pohon dosa diri sendiri orang mendapatkan buah berupa kemiskinan, penyakit, kedukaan, ikatan dan kebiasaan buruk. 


Sloka 2.

punar-vittam punar-mitram 
punar-bhāryā punar-mahī 
etat sarvam punar-labhayam
na śarīram punah punah

Kekayaan, teman,  istri, kerajaan bisa didapatkan berulangkali. Semua itu dapat diperoleh berkali-kali. Tetapi, badan ini tidak bisa diperoleh berkali-kali. 

Sloka 3.

bahūnām caiva sattvānām 
samavāyo ripuñjayah 
varsādhāro megas 
trnairapi nivāryate

musuh dapat dikalahkan dengan persatuan orang banyak, bagaikan air bah akibat hujan lebat dapat dicegah dengan gabungan  rumput.

Sloka  4.

jale tailam khale guhyam 
paātre danam manāpi 
prajñe sāstra svayam yāti 
vistāram vastu-saktitah

Minyak dalam air, rahasia pada orang jahat, dana punia pada orang yang tepat, ilmu pengetahuan suci pada orang cerdas bijaksana. Pelan-pelan semua ini berkembang meluas dengan sendirinya.


Atha Pancadaso'ddhyāyah
BAB  XV


Sloka  1.

yasya cittamdravī-bhūtam
krpayā sarva jantusu 
yasya jñanena moksena 
kim jatābhasmalepanaih

Bagi orang yang memiliki rasa belas kasihan terhadap setiap makhluk. Apa perlunya pengetahuan, pembebasan,  rambut dikusut di atas kepala dan mengolesi debu di badan?

Sloka  2.

ekamevāksaram yastu 
guru sisyam prabhodayet 
prthivyām nāsti tad-dravyam 
Yadrttvā cānrnī bhavet

Walaupun guru mengajarkan satu huruf saja pada murid, di atas bumi ini tidak ada sesuatu milik/harta yang dapat dipakai melunasi hutang ilmu si muridkepada gurunya. 

Sloka 3.

khalānām kantakānaām ca
dvividhaiva pratikriyā
upanad-mukha-bhamgovā 
dūrato vā visarjanam
Ada dua usaha untuk menghadapi orang jahat dan duri, yaitu pukulan sepatu ke mukanya atau buang saja dia jauh-jauh.

Sloka 4.

kucailinam dantalopadhārinam 
bahvāsinam nisthura-bhāsanam ca 
sūryodaye cāstāmite sayānam
vimuñcati srīryadi cakrapānih

Orang yang berpakaian kotor, digiginya melekat kotoran, makanan terlalu banyak,  yang berkata-kata keras dan kasar, menggunakan waktu antara matahari terbit dan terbenam dengan tidur. Walaupun ia hebat dan agung bagaikan Sang Hyang Cakrapani, tetapi Sri Laksmi akan menjauh darinya. 



Atha Sodaso'dhyāyah
BAB  XVI

Sloka 1.


na dhyātam padamiśvarasya vidhivat samasāra vicchittaye 
svarga dvāra kapātapātanapatuh dharmo'pi nopārjitah 
nārī-pīna-payodharoruyugalam svanepi nālinggitam
mātuh kevalameva yauvanavanacchede kuthārā vayam 

Tidak melakukan pelayanan cinta kasih bhakti kepada Kaki Padma Tuhan Yang Maha Esa untuk membebaskan diri dari kesengsaraan berupa kelahiran dan kematian berulangkali, tidak melakukan dharma atau kewajiban-kewajiban suci yang dapat menyebabkan pintu alam surga terbuka, juga tidak memimpikan untuk memeluk kedua buah dada dan paha indah wanita, kita yang demikian itu hanya merupakan kapak pemotong usia muda ibu kita. 



Sloka 2.

jalpanti sārddha-manyena
paśyantanyam savibhramāh
hrdaye cintayatyanyam 
na strīnāmekano ratih

Saat seorang wanita bercakap-cakap dengan seorang lelaki, dia memandang lelaki lain dengan bernafsu dan pada saat yang sama memikirkan lelaki lain lagi di dalam hatinya. Cinta wanita tidak pernah satu. 

Sloka 3.

yo mohānmanyate mūdho
rakteyam mayi kāminī
sa tasyā vaśago bhūtvā 
nrtyet krida sakuntavat

Lelaki bodoh dalam kebingungan berpikir, “Wanita ini dalam kekuasaanku”. Dalam keadaan demikian dia menjadi budak wanita itu dan menari-nari bagaikan burung Sakuntala bermain-main.



Atha Saptadaso'dhyāyah
BAB XVII

Sloka 1.

pustaka pratyayādhītam 
nādhītam gurusannidhau 
sabhā-madhye na sobhante 
jāra-garbhā iva striyah 

Dia yang hanya belajar dari buku-buku tetapi tidak berguru, orang ini tidak bersinar di masyarakat. Bagaikan benih dan orang jahat di dalam kandungan wanita. 

Sloka 2.

krte pratikrtim kuryāt 
himsane prati-himsanam 
tatra dosī na patati 
duste daustayam samācaret 

Perbuatan baik hendaknya dibalas dengan kebaikan, kejahatan dibalas dengan kekerasan. Dalam hal ini tidak ada dosa. Berhadapan dengan orang jahat kita perlu menggunakan kekerasan. 

Sloka 3.

yad-dūram yad-durārādhyam 
yacca dūre vyavasthitam 
tat-sarvam tapaśa sādhyam 
tapo hi duratikramam

Sesuatu yang jauh, sesuatu yang amat sulit diangankan dan sesuatu yang berada jauh dari kita semua itu bisa didapatkan dengan kekuatan pertapaan. Memang tidak ada yang mengalahkan pertapaan.

2 komentar:

  1. Om Swastyastu,
    artikel ini merupakan suatu upaya universal untuk membagikan pengetahuan demi perbaikan dan kebaikan umat manusia. Selamat atas karma baiknya.

    Hormat dari saya,

    I KETUT DONDER

    BalasHapus
  2. Om Swastyastu,
    artikel ini merupakan suatu upaya universal untuk membagikan pengetahuan demi perbaikan dan kebaikan umat manusia. Selamat atas karma baiknya.

    Hormat dari saya,

    I KETUT DONDER

    BalasHapus