BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama hindu terdiri dari
bermacam-macam yajna yang dikelompokkan menjadi lima macam yaitu, Dewa Yajna,
Pitra Yajna, Rsi Yajna, Manusa Yajna Dan Bhuta Yajna. Dalam pelaksanaan yajna
senatisa mengandung makna filosofis maupun makna religius yang sangat mandalam,
guna dapat terwujudnya suatu harapan yang utama sebagaimana yang tersurat dan
tersirat dalam hakikat dan tujuan agama hindu yakni tiada lain dapat
terwujudnya suatu ketentraman, kesejahteraan, keselamatan, kebahagiaan dan
keharmonisan hidup dan kehidupan di alam semesta ini maupun di khirat kelak.
Sejalan denag harapan diatas, maka dalam hal ini dapat ditegaskan dengan sloka
yang berbunyi “moksartham jagadhitaya ya
ca iti dharma”. Yang maksudnya mewujudkan adanya tingkat kehidupan yang
seimbang antara tuntutan jasmaniah, maupun rohaniah atau dengan perkataan lain
yakni tercapainya kebahagiaan secara nyata dengan terpenuhinya kebutuhan
material serta tercapainya ketentraman dan kesejahteraan spiritual yang
tangguh, utuh serta berbudi pekerti yang luhur.
Salah satu yajna yang dari
yang disebutkan diatas adalah rsi yajna, dimana yajna ini ditujukan untuk para
rsi ataupun pinandita/sulinggih. Yajna pada hakikatnya adalah untuk terwujudnya
keharmonisan dan kedamaian di alam semesta ini. Bagaimana Rsi Yajna memiliki
pengaruh yang luar biasa terhadap keseimbangan alam semesta sehingga dapat
menyababkan keharmonisan dan kedamaian. Untuk dasar itulah penulis membuat
makalah ini agar pertayaan tersebut bisa dijawab. Dan dalam makalah ini akan
dijelasakan apa itu Rsi Yajna, mengapa Rsi Yajna itu penting dilaksanakan,
bagaimana pelakanaan Rsi Yajna dan bagaiamana Pengaruh Rsi Yajna terhadap
keseimbangan kosmos. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rsi Yajna
Rsi Yajna adalah korban suci yang
tulus ikhlas untuk kesejahteraan para rsi atau punia yang berjiwa suci serta
mengamalkan segala ajaran rsi. Rsi Yajna juga sering disebut Brahma Yajna,
intinya adalah yajna yang ditujukan kepada Rsi atau Brahma yaitu bagi mereka
yang dianggap sebagai penerima wahyu dan penggubah Weda. Setiap umat Hindu
berpegang kepada Weda dan memiliki pandangan hidup berdasarkan Weda. Umat Hindu
menjadi manusia yang berbudaya dan berbudi pekerti yang luhur atau manusia
Indonesia seutuhnya adalah juga karena Weda.
Oleh karena itu, maka setiap umat
Hindu merasakan memiliki hutang (rsi rnam) kepada para maha rsi atau para
Brahma. Brahma adalah dewa yang dianggap berkuasa atas weda serta menyampaikan
ajaran itu melalui para maha rsi, oleh karena itu bahwa brahma atau maha rsi
sangat besar jasanya terhadap kemajuan dan peningkatan taraf hidup umat
manusia. Dari jasa-jasa para rsi itulah kita wajib untuk memberikan persembahan
atau penghormatan sebagai balas budi yang baik dengan selalu ingat akan
kewajiban untuk melaksanakan Yajna kepada para maha rsi. Hal-hal inilah yang
mendorong umat Hindu untuk tetap hormat dan memberikan persembahannya dengan
melaksanakan Rsi Yajna.
Para Rsi juga menciptakan berbagai
kitab-kitab Susastra yang menyebarkan ajaran suci Veda. Kitab-kitab Susastra
yang menyebarkan ajaran suci Veda itu banyak dmikmati oleh umat. Dari mendalami
ajaran Susatra itu banyak orang atau masyarakat mendapatkan berbagai kemajuan
hldup lahir batin. Dari slmlah banyak umat yang timbul rasa berhutang budhi
pada para Rsi. Hutang moral yang didasarkan oleh umat inilah yang disebut Rsi
Rnam. Untuk mewujudkan rasa berhutang moral ini umat membalas budhi kepada para
Rsi yang disebut dengan Rsi Yajna (Suhandana, 2007 : 46).
Rsi adalah orang suci yang telah
memberikan tuntutan hidup untuk menuju kebahagiaan lahir batin baik di dunia
dan di akhirat. Orang suci yang demikian, secara berkesinambungan turun ke
dunia untuk memberikan tuntutan kepada umat manusia. Pemujaan dan penghormatan
tidak hanya terbatas kepada para rsi yang telah lampau, tetapi dilaksanakan
pula kepada yang meneruskan tugas dan ajaran beliau. Dengan demikian bahwa Rsi
Yajna adalah upacara penghormatan serta pemujaan yang ditujukan kepada para rsi
atau orang-orang suci agama Hindu (Sukrawati, 2010 : 62-63).
2.2 Pentingnya Rsi Yajna Untuk Dilaksanakan
Segala sesuatu yang dilaksanakan yang
berkaitan dengan persembahan atau pengorbanan yang suci dan tulus ikhlas, maka
sudah tentu mempunyai makna tertentu pula. Persembahan itu merupakan sesuatu
yang bersifat kebaikan atau yang menyenangkan orang lain yang kita persembahkan
seperti halnya kepada para rsi atau orang-orang suci. Apapun wujudnya
persembahan itu baik yang mempunyai nilai materi maupun yang mengandung nilai
spiritual yang dilandai oleh dharma, hal demikian dapat dikatakan sebagai suatu
Yajna. Seperti yang disampaikan sukrawati dalam bukunya (hal 61) “Dengan melakukan brata seseorang memperoleh
diksa. Dengan diksa seseorang memperoleh daksina. Dengan daksina seseorang
melakukan sraddha. Dan dengan sraddha seseorang memperoleh satya”.
Pelaksanaan berbagai Yajna tentunya
mempunyai tujuan. Secara umum tujuan pelaksanaan. Yajna adalah untuk menebus
atau membayar utang (kewajiban) kita sebagai umat Hindu. Sebagaimana yang
ditegaskan dalam ajaran agama Hindu bahwa kelahiran kita sebagai manusia
mempunyai tiga kewajiban atau utang yang tentunya hendaknya ditunaikan atau
ditebus sesuai dengan swadharmanya masing-masing serta situasi dimana kita
berada. Adapun ketiga utang yang dimaksudkan yang dikenal dengan nama Tri Rnam
(tiga hutang/kewajiban) yaitu:
1. Dewa
Rnam yaitu merupakan utang/kewajiban yang ditujukan kehadapan Sang Hyang Widhi
Wasa beserta manifestasi-Nya, atas terciptanya dunia ini beserta isinya, juga
atas perlindungan dan pemeliharaan-Nya. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan
Yajna, biasanya Dewa Rnam ini ditebus dengan pelaksanaan Dewa Yajna dan Bhuta
Yajna.
2.
Pitra Rnam yaitu
kewajiban atas utang jasa dan pemeliharaan secara lahiriah kepada para leluhur.
Pitra Rnam dapat ditunaikan atau dibayar melalui pelaksanaan Pitra Yajna dan
Bhuta yajna.
3.
Rsi Rnam yaitu utang
berupa ilmu pengetahuan kepada maha rsi atau pandita (pedanda) yang senantiasa
mengabdikan diri demi kesejahteraan umat dan membentuk manusia yang
berkepribadian luhur, cakap, dan memiliki etika (susila). Rsi Rnam dapat
ditunaikan dengan melaksanakan Rsi yajna yaitu suatu korban suci yang tulus
ikhlas untuk kesejahteraan para rsi (pembina rohani) serta dengan mempelajari
dan mengamalkan ajaran kebenaran (Sukrawati, 2010 : 64-65).
Mengingat Rsi Rnam merupakan utang
kepada para maha rsi dan orang-orang suci agama Hindu yang dibayar dengan
pelaksanaan rsi yajna, maka dari itu tujuan melaksanakan upacara rsi Yajna
adalah untuk membayar utang kepada para maha rsi/orang suci agama Hindu .
Kalau kita kenang jasa-jasa atau
pengabdian para maha rsi atau orang suci agama Hindu yang begitu mulianya dalam
upaya untuk menyelamatkan umat dari berbagai bencana maka betapa pentingnya dan
sangat mulianya usaha umat Hindu untuk dapat beryajna dengan tulus guna
terwujudnya jalan yang terang, manusia yang cerdas, tercapainya kesejahteraan,
mencapai usaha-usaha yang benar/ kebajikan, serta mencapai kebahagiaan lahir
dan batin.
2.3 Pelaksanaan Rsi Yadnya
Persembahan yang ditujukan kehadapan
para Rsi banyak dijumpai dalam kehidupan beragama bagi umat Hindu. Persembahan
yang tulus ikhlas tersebut disebut Yajna. Kewajiban beryajna bagi umat Hindu
kehadapan para rsi dan juga orang suci pelaksanannya dapat ditempuh dengan
berbagai cara, seperti :
a.
Menobatkan calon sulinggih (mediksa) menjadi orang suci agama (sulinggih)
Sebagaimana telah diungkapkan secara
sekilas di depan bahwa diksa atau madiksa adalah pensucian atau penyucian, yang
juga dikenal dengan nama pentasbihan atau inisasi. Diksa atau mediksa merupakan
suatu cara untuk melewati satu fase kehidupan yang baru, dari fase yang belum
sempurna ke dalam dunia yang telah sempurna. Dengan diksa itulah seseorang itu
akan dapat mendekatkan manusia kepada Tuhan, karena dengan melalui diksa itu
akan dapat mempelajari sifat Tuhan itu.
Dengan telah didiksanya seseorang
maka ia menjadi diksita yang berwenang untuk melakukan upacara loka pala sraya
yaitu sebagai orang suci tempat mohon petunjuk-petunjuk kerohanian dan sebagai
orang sui yang dimohon untuk menyelesaikan upacara agama Hindu. Secara umum
gelar atau sebutan orang yang telah mediksa dan ngeloka pala sraya dikenal
dengan nama Pedanda, Rsi dan Mpu.
Pendeta atau pandita berasal dari
bahasa Sansekerta yang artinya orang pandai, cendekiawan, orang bijaksana,
saljana, sujana dan pendeta. Jadi pendeta atau pandita adalah orang suci atau
rohaniawan Hindu yang telah madwijati melalui upacara diksa. Dwijati artinya
lahir dua kali, pertama dilahirkan oleh ibu bapak (guru rupaka), kedua
dilahirkan pula dan diakui anak oleh seorang guru pengajian (nabhe) (Sukrawati,
2010 : 67).
Oleh karena diksa itu merupakan
penyucian seorang walaka menjadi pandita, maka pandita/sulinggih itu hendaknya
menaati dan memiliki sesana dan brata tertentu yang mesti ditaati dalam hidupnya.
Adanya upacara diksa-pariksa ini membuktikan bahwa pandita itu telah menjadi
orang suci dengan diksanya (penyuciannya) dan adanya pantangan-pantangan/brata
Pandita (pariksa).
b.
Dengan membangun tempat pemujaan para sulinggih
Suatu cara atau jalan untuk menghormati para orang
suci agama Hindu memang ditempuh dengan berbagai pelaksanaan yang mengarah pada
kesucian dan kebenaran. Cara yang dapat dibenarkan dalam pelaksanaan Rsi Yajna
misalnya dengan membangun tempat pemujaan untuk para sulinggih atau orang suci
agama Hindu.
Sebagaimana diketahui bahwa tempat pemujaan itu
merupakan suatu areal tertentu dimana terdapat beberapa pelinggih atau bangunan
suci untuk melakukan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi, Dewa-dewa atau roh
suci leluhur. Pendirian suatu tempat pemujaan beserta dengan
pelinggih-pelinggihnya dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan agama. Misalnya
menentukan arealnya, tata letak pelinggih-pelinggih di dalamnya, upacara
penyuciannya dan lain-lainnya. Ketentuan agama dalam mendirikan suatu tempat
pemujaan harus dipenuhi sehingga suatu tempat pemujaan layak digunakan sebagai
tempat memuja Tuhan dan manifestasinya serta roh suci leluhur (Sukrawati, 2010
: 76-77).
Dengan demikian bahwa dengan membangun tempat pemujaan
untuk para sulinggih berarti telah memberikan penghormatan dan rasa bakti
kehadapan para sulinggih / pandita sebagai wujud pelaksanaan Rsi Yajna
c.
Dengan menghaturkan dana punia kepada para sulinggih
Sesuai dengan ajaran agama Hindu
bahwa setiap umat Hindu diwajibkan untuk melakukan dana punia. Dana punia
berasal dari kata dana artinya pemberian, punia artinya selamat, baik, bahagia,
indah, dan suci. Jadi dana punia artinya pemberian yang baik dan suci. Oleh
usaha berdana punia itu merupakan peebuatan yang mulia dan terpuji, maka tidak
salahnya kita sebagai sedharma untuk melaksanakan dana punia tersebut dengan
penuh keikhlasan dan hati yang tulus kehadapan para pandita/sulinggih/rsi/orang
suci dan juga kepada siapapun yang membutuhkan (Sukrawati, 2010 : 78-79).
d.
Mentaati dan mengamalkan ajaran-ajaran para sulinggih.
Sebagai yang telah diuraikan di depan
bahwa wujud pelaksanaan Rsi Yajna memang dapat dilaksanakan dengan berbagai
pelaksanaan, seperti juga halnya untuk menaati dan mengamalkan segala
ajaran-ajaran pada sulinggih. Para sulinggih tersebut merupakan guru kerohanian
bagi segenap umat Hindu. Guru kerohanian ini nantinya memberikan
petunjuk-petunjuk yang benar dalam mengarungi samudera kehidupan. Tanpa adanya
guru kerohanian, maka hidup ini menjadi gelap tanpa arah sehingga apa yang
menjadi harapannya senantiasa terbengkelai.
Sama juga halnya di sini bahwa umat
Hindu semestinya dapat menaati, menghormati, mengamalkan ajaran-ajaran dari
para sulinggih. Mengingat sulinggih itu adalah orang suci umat Hindu. Kapan
lagi swadharma kita sebagai umat Hindu untuk menghormati dan menaati ajaran
sulinggih itu. Karena usaha untuk menaati dan menghormati tersebut juga
merupakan wujud pelaksanaan rsi yajna. Selanjutnya hormat dan taat serta bakti
kepada guru temasuk juga sulinggih dilakukan dengan jalan tunduk, patuh,
mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh sulinggih (Sukrawati, 2010 : 83).
2.4 Pengaruh Rsi Yajna Terhadap Keseimbangan Kosmis
Rsi Yajna dalam prakateknya
diwujudkan dalam bentuk pemberian pelayanan sebagai keperluan hidup para rsi,
porohita, atau pandita. Karena swadharma uttama para pandita adalah
melayani umat dalam upaya meningkatkan pemahaman akan ajaran suci Veda, maka
untuk kelancaran tugas-tugasnya itu dibutuhkan kepedulian umat dalam
meringankan tugas-tugas beliau. Tugas pandita untuk menanamkan nilai-nilai suci
ajaran Veda tidaklah mudah, dibutuhkan kecerdasan, keuletan, kesabaran,
pengetahuan, kesehatan dan ketenangan batin.
Itulah sebabnya Rsi Yajna itu dapat
diwujudkan dalam bentuk Rsi Bhojana yaitu upacara keagamaan yang dilaksanakan
dengan cara menjamu para pandita dengan menyuguhkan makanan dan minuman yang
pantas. Makanan yang pantas bagi para pandita adalah makanan yang tergolong
makanan satvika. Dalam perkembangan pemahaman masyarakat, maka dalam Rsi Yajna
juga (disertai) dengan pemberian dana, punia (daksina) atau uang. Kalaupun
pemberian dana, punia, atau daksina ini dinilai tidak sepenuhnya sama dengan
pengertian Rsi Yajna sebagaimana pengertian yang diberikan oleh definisinya,
namun motif yang mendorong untuk dapat memberikan sesuatu kepada orang yang
disucikan merupakan hal yang positif.
Kedudukan maharsi, rsi, porohita,
pandita, guru, dan orang suci dalam agama Hindu sangat penting, karena
orang-orang itu-dipandang sebagai perwujudan Tuhan itu sendiri. Bahkan kata
“guru” itu sendiri dalam bahasa Sanskerta artinya sama dengan “Tuhan”. Rsi atau
guru merupakan perwujudan Tuhan sebagaimana disebut acarya devobhava (Taittirya
Upanisad I.11.2). Para rsi atau para guru menjalankan peran Tuhan di bumi,
sehingga setiap orang yang sungguh-sungguh menghormati para guru, pandita atau
orang-orang suci (guru bhakti, guru susrusa) secara tulus hati sebagai
perwujudan Tuhan, maka ia akan diseberangkan dari Samudera sengsara sebagaimana
ada kalimat suci mengatakan "manasah bhajare guru charanam dhustarah
bhava sagara tharanam" barang siapa yang memuji padma kaki guru sejati
dengan segenap hati, maka niscala ia akan ciiseberangkan dari samudera sengsara
(Donder, 2007 : 370).
Penghormatan secara tulus kepada para
guru menyebabkan para guru senang dan Tuhan pun senang. Dengan adanya
perilaku manusia yang memiliki rasa terimakasih kepada guru sama artinya
berterimakasih pda Tuhan. Hal itu menghantarkan manusia untuk menemukan
identitas atau jati dirinya sebagai atman yang merupakan bagian dari Tuhan dan
guru. Hubungan antara manusia dengan guru dan Tuhan. membuat manusia hidup
bahagia, kehidupan yang bahagia memancarkan vibrasi aura anandam yang turut
mempengaruhi keseimbangan kosmis. Kosmis akan cepat beraksi secara replektif
secepat pikiran, hal ini dapat dibuktikan ketika pagi-pagi buta (subuh) pada
saat udara masih dingin, namun begitu ada orang marah-marah, maka ruangan kamar
dan halaman yang dingin itu spontan mendadak menjadi panas. Peristiwa itu
sebagai bukti bahwa telah terjadi ketidakstabilan gelombang kosmis yang semula
pada level rendah namun tersuperposisi akibat gelombang pikiran seseorang yang
sedang marah-marah (Donder, 2007 : 370-371).
Dengan membiasakan berbuat rendah
hati di depan para rsi , guru, atau orang suci, maka secara evolusif akan
terbentuk perilaku otak yang selalu memancarkan pola gelombang alpha.
Hal itu akan menyebabkan tubuhnya memancarkan gelombang rendah yang membuat
orang lain kerkesan atau simpati melihatnya. Apalagi jika seorang guru itu
benar-benar spiritualnya mapan, maka pancaran gelombang mata dan sikap tangan
abhaya mudra akan mampu menstranfer energi-energi gelombang untuk mewujudkan
kedamaian hati bagi setiap orang yang ada di dekatnya. Dengan pancaran
kedamaian dari setiap orang itu, maka kosmis pun ikut damai.
Rsi Yajna sebagaimana diuraikan di
atas dapat juga dilaksanakan dengan pemberian daksina yaitu pemberian dana,
uang, atau materi secara tulus iklas kepada para rsi atau guru sebagai ungkapan
rasa terima kasih atas tugas sucinya dalam mendidik masyarakat. Jika para guru
atau rsi tidak melaksanakan tugasnya untuk mendidik umat manusia, maka manusia
akan mengalami avidya atau kebodohan. Bila kebodohan yang melanda manusia, maka
tirani, kebatilan, atau adharma yang akan menguasai manusia. Bila adharma
menguasai manusia maka hilanglah kemanusiaan dalam diri manusia, dan hal itu
sama dengan kehancuran umat manusia. Peranan para guru atau rsi sangat
menentukan karma (tidak sama dengan nasib) alam semesta. Rsi Yajna akan
membentuk ikatan spiritual antara guru, masyarakat, dan Tuhan. Dengan
ajaran-ajaran para rsi atau guru itu, manusia mampu menengok ke dalam dirinya
bahwa apa yang ada di luar dirinya ternyata ada juga di dalam dirinya. Hal ini
akan menciptakan kedewasaan spiritual, kedewasaan spiritual akan mendewasakan
emosi, dan kedewasaan emosi akan memperbaiki cara berpikir yang baik. Pikiran
yang baik akan memancarkan gelombang alpha, gelombang pikiran alpha akan
mempengaruhi keseimbangan kosmis (Donder, 2007 : 371).
Kewajiban pandita yang paling berat
justru melakukan hayu hayuning bhuana yaitu menciptakan harmonisasi alm
semesta. Oleh sebab itu, seorang pandita setiap harinya harus melakukan surya
sevana, sebagaimana (Donder ,2007 : 372).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar