Senin, 20 April 2020

RSI YAJNA UNTUK KESEIMBANGAN KOSMOS


BAB   I

PENDAHULUAN





1.1   Latar Belakang

Agama hindu terdiri dari bermacam-macam yajna yang dikelompokkan menjadi lima macam yaitu, Dewa Yajna, Pitra Yajna, Rsi Yajna, Manusa Yajna Dan Bhuta Yajna. Dalam pelaksanaan yajna senatisa mengandung makna filosofis maupun makna religius yang sangat mandalam, guna dapat terwujudnya suatu harapan yang utama sebagaimana yang tersurat dan tersirat dalam hakikat dan tujuan agama hindu yakni tiada lain dapat terwujudnya suatu ketentraman, kesejahteraan, keselamatan, kebahagiaan dan keharmonisan hidup dan kehidupan di alam semesta ini maupun di khirat kelak. Sejalan denag harapan diatas, maka dalam hal ini dapat ditegaskan dengan sloka yang berbunyi “moksartham jagadhitaya ya ca iti dharma”. Yang maksudnya mewujudkan adanya tingkat kehidupan yang seimbang antara tuntutan jasmaniah, maupun rohaniah atau dengan perkataan lain yakni tercapainya kebahagiaan secara nyata dengan terpenuhinya kebutuhan material serta tercapainya ketentraman dan kesejahteraan spiritual yang tangguh, utuh serta berbudi pekerti yang luhur.

Salah satu yajna yang dari yang disebutkan diatas adalah rsi yajna, dimana yajna ini ditujukan untuk para rsi ataupun pinandita/sulinggih. Yajna pada hakikatnya adalah untuk terwujudnya keharmonisan dan kedamaian di alam semesta ini. Bagaimana Rsi Yajna memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap keseimbangan alam semesta sehingga dapat menyababkan keharmonisan dan kedamaian. Untuk dasar itulah penulis membuat makalah ini agar pertayaan tersebut bisa dijawab. Dan dalam makalah ini akan dijelasakan apa itu Rsi Yajna, mengapa Rsi Yajna itu penting dilaksanakan, bagaimana pelakanaan Rsi Yajna dan bagaiamana Pengaruh Rsi Yajna terhadap keseimbangan kosmos. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah.








 

BAB   II

PEMBAHASAN



2.1   Pengertian Rsi Yajna

Rsi Yajna adalah korban suci yang tulus ikhlas untuk kesejahteraan para rsi atau punia yang berjiwa suci serta mengamalkan segala ajaran rsi. Rsi Yajna juga sering disebut Brahma Yajna, intinya adalah yajna yang ditujukan kepada Rsi atau Brahma yaitu bagi mereka yang dianggap sebagai penerima wahyu dan penggubah Weda. Setiap umat Hindu berpegang kepada Weda dan memiliki pandangan hidup berdasarkan Weda. Umat Hindu menjadi manusia yang berbudaya dan berbudi pekerti yang luhur atau manusia Indonesia seutuhnya adalah juga karena Weda.

Oleh karena itu, maka setiap umat Hindu merasakan memiliki hutang (rsi rnam) kepada para maha rsi atau para Brahma. Brahma adalah dewa yang dianggap berkuasa atas weda serta menyampaikan ajaran itu melalui para maha rsi, oleh karena itu bahwa brahma atau maha rsi sangat besar jasanya terhadap kemajuan dan peningkatan taraf hidup umat manusia. Dari jasa-jasa para rsi itulah kita wajib untuk memberikan persembahan atau penghormatan sebagai balas budi yang baik dengan selalu ingat akan kewajiban untuk melaksanakan Yajna kepada para maha rsi. Hal-hal inilah yang mendorong umat Hindu untuk tetap hormat dan memberikan persembahannya dengan melaksanakan Rsi Yajna.

Para Rsi juga menciptakan berbagai kitab-kitab Susastra yang menyebarkan ajaran suci Veda. Kitab-kitab Susastra yang menyebarkan ajaran suci Veda itu banyak dmikmati oleh umat. Dari mendalami ajaran Susatra itu banyak orang atau masyarakat mendapatkan berbagai kemajuan hldup lahir batin. Dari slmlah banyak umat yang timbul rasa berhutang budhi pada para Rsi. Hutang moral yang didasarkan oleh umat inilah yang disebut Rsi Rnam. Untuk mewujudkan rasa berhutang moral ini umat membalas budhi kepada para Rsi yang disebut dengan Rsi Yajna (Suhandana, 2007 : 46). 

Rsi adalah orang suci yang telah memberikan tuntutan hidup untuk menuju kebahagiaan lahir batin baik di dunia dan di akhirat. Orang suci yang demikian, secara berkesinambungan turun ke dunia untuk memberikan tuntutan kepada umat manusia. Pemujaan dan penghormatan tidak hanya terbatas kepada para rsi yang telah lampau, tetapi dilaksanakan pula kepada yang meneruskan tugas dan ajaran beliau. Dengan demikian bahwa Rsi Yajna adalah upacara penghormatan serta pemujaan yang ditujukan kepada para rsi atau orang-orang suci agama Hindu (Sukrawati, 2010 : 62-63).



2.2   Pentingnya Rsi Yajna Untuk Dilaksanakan

Segala sesuatu yang dilaksanakan yang berkaitan dengan persembahan atau pengorbanan yang suci dan tulus ikhlas, maka sudah tentu mempunyai makna tertentu pula. Persembahan itu merupakan sesuatu yang bersifat kebaikan atau yang menyenangkan orang lain yang kita persembahkan seperti halnya kepada para rsi atau orang-orang suci. Apapun wujudnya persembahan itu baik yang mempunyai nilai materi maupun yang mengandung nilai spiritual yang dilandai oleh dharma, hal demikian dapat dikatakan sebagai suatu Yajna. Seperti yang disampaikan sukrawati dalam bukunya (hal 61) “Dengan melakukan brata seseorang memperoleh diksa. Dengan diksa seseorang memperoleh daksina. Dengan daksina seseorang melakukan sraddha. Dan dengan sraddha seseorang memperoleh satya”.

Pelaksanaan berbagai Yajna tentunya mempunyai tujuan. Secara umum tujuan pelaksanaan. Yajna adalah untuk menebus atau membayar utang (kewajiban) kita sebagai umat Hindu. Sebagaimana yang ditegaskan dalam ajaran agama Hindu bahwa kelahiran kita sebagai manusia mempunyai tiga kewajiban atau utang yang tentunya hendaknya ditunaikan atau ditebus sesuai dengan swadharmanya masing-masing serta situasi dimana kita berada. Adapun ketiga utang yang dimaksudkan yang dikenal dengan nama Tri Rnam (tiga hutang/kewajiban) yaitu:



1.      Dewa Rnam yaitu merupakan utang/kewajiban yang ditujukan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya, atas terciptanya dunia ini beserta isinya, juga atas perlindungan dan pemeliharaan-Nya. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan Yajna, biasanya Dewa Rnam ini ditebus dengan pelaksanaan Dewa Yajna dan Bhuta Yajna.

2.       Pitra Rnam yaitu kewajiban atas utang jasa dan pemeliharaan secara lahiriah kepada para leluhur. Pitra Rnam dapat ditunaikan atau dibayar melalui pelaksanaan Pitra Yajna dan Bhuta yajna.

3.       Rsi Rnam yaitu utang berupa ilmu pengetahuan kepada maha rsi atau pandita (pedanda) yang senantiasa mengabdikan diri demi kesejahteraan umat dan membentuk manusia yang berkepribadian luhur, cakap, dan memiliki etika (susila). Rsi Rnam dapat ditunaikan dengan melaksanakan Rsi yajna yaitu suatu korban suci yang tulus ikhlas untuk kesejahteraan para rsi (pembina rohani) serta dengan mempelajari dan mengamalkan ajaran kebenaran (Sukrawati, 2010 : 64-65).

Mengingat Rsi Rnam merupakan utang kepada para maha rsi dan orang-orang suci agama Hindu yang dibayar dengan pelaksanaan rsi yajna, maka dari itu tujuan melaksanakan upacara rsi Yajna adalah untuk membayar utang kepada para maha rsi/orang suci agama Hindu .

Kalau kita kenang jasa-jasa atau pengabdian para maha rsi atau orang suci agama Hindu yang begitu mulianya dalam upaya untuk menyelamatkan umat dari berbagai bencana maka betapa pentingnya dan sangat mulianya usaha umat Hindu untuk dapat beryajna dengan tulus guna terwujudnya jalan yang terang, manusia yang cerdas, tercapainya kesejahteraan, mencapai usaha-usaha yang benar/ kebajikan, serta mencapai kebahagiaan lahir dan batin.



2.3   Pelaksanaan  Rsi Yadnya

Persembahan yang ditujukan kehadapan para Rsi banyak dijumpai dalam kehidupan beragama bagi umat Hindu. Persembahan yang tulus ikhlas tersebut disebut Yajna. Kewajiban beryajna bagi umat Hindu kehadapan para rsi dan juga orang suci pelaksanannya dapat ditempuh dengan berbagai cara, seperti : 


a. Menobatkan calon sulinggih (mediksa) menjadi orang suci agama (sulinggih)

Sebagaimana telah diungkapkan secara sekilas di depan bahwa diksa atau madiksa adalah pensucian atau penyucian, yang juga dikenal dengan nama pentasbihan atau inisasi. Diksa atau mediksa merupakan suatu cara untuk melewati satu fase kehidupan yang baru, dari fase yang belum sempurna ke dalam dunia yang telah sempurna. Dengan diksa itulah seseorang itu akan dapat mendekatkan manusia kepada Tuhan, karena dengan melalui diksa itu akan dapat mempelajari sifat Tuhan itu.

Dengan telah didiksanya seseorang maka ia menjadi diksita yang berwenang untuk melakukan upacara loka pala sraya yaitu sebagai orang suci tempat mohon petunjuk-petunjuk kerohanian dan sebagai orang sui yang dimohon untuk menyelesaikan upacara agama Hindu. Secara umum gelar atau sebutan orang yang telah mediksa dan ngeloka pala sraya dikenal dengan nama Pedanda, Rsi dan Mpu.

Pendeta atau pandita berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya orang pandai, cendekiawan, orang bijaksana, saljana, sujana dan pendeta. Jadi pendeta atau pandita adalah orang suci atau rohaniawan Hindu yang telah madwijati melalui upacara diksa. Dwijati artinya lahir dua kali, pertama dilahirkan oleh ibu bapak (guru rupaka), kedua dilahirkan pula dan diakui anak oleh seorang guru pengajian (nabhe) (Sukrawati, 2010 : 67).

Oleh karena diksa itu merupakan penyucian seorang walaka menjadi pandita, maka pandita/sulinggih itu hendaknya menaati dan memiliki sesana dan brata tertentu yang mesti ditaati dalam hidupnya. Adanya upacara diksa-pariksa ini membuktikan bahwa pandita itu telah menjadi orang suci dengan diksanya (penyuciannya) dan adanya pantangan-pantangan/brata Pandita (pariksa).


b. Dengan membangun tempat pemujaan para sulinggih

Suatu cara atau jalan untuk menghormati para orang suci agama Hindu memang ditempuh dengan berbagai pelaksanaan yang mengarah pada kesucian dan kebenaran. Cara yang dapat dibenarkan dalam pelaksanaan Rsi Yajna misalnya dengan membangun tempat pemujaan untuk para sulinggih atau orang suci agama Hindu.

Sebagaimana diketahui bahwa tempat pemujaan itu merupakan suatu areal tertentu dimana terdapat beberapa pelinggih atau bangunan suci untuk melakukan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi, Dewa-dewa atau roh suci leluhur. Pendirian suatu tempat pemujaan beserta dengan pelinggih-pelinggihnya dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan agama. Misalnya menentukan arealnya, tata letak pelinggih-pelinggih di dalamnya, upacara penyuciannya dan lain-lainnya. Ketentuan agama dalam mendirikan suatu tempat pemujaan harus dipenuhi sehingga suatu tempat pemujaan layak digunakan sebagai tempat memuja Tuhan dan manifestasinya serta roh suci leluhur (Sukrawati, 2010 : 76-77).

Dengan demikian bahwa dengan membangun tempat pemujaan untuk para sulinggih berarti telah memberikan penghormatan dan rasa bakti kehadapan para sulinggih / pandita sebagai wujud pelaksanaan Rsi Yajna


c. Dengan menghaturkan dana punia kepada para sulinggih

Sesuai dengan ajaran agama Hindu bahwa setiap umat Hindu diwajibkan untuk melakukan dana punia. Dana punia berasal dari kata dana artinya pemberian, punia artinya selamat, baik, bahagia, indah, dan suci. Jadi dana punia artinya pemberian yang baik dan suci. Oleh usaha berdana punia itu merupakan peebuatan yang mulia dan terpuji, maka tidak salahnya kita sebagai sedharma untuk melaksanakan dana punia tersebut dengan penuh keikhlasan dan hati yang tulus kehadapan para pandita/sulinggih/rsi/orang suci dan juga kepada siapapun yang membutuhkan (Sukrawati, 2010 : 78-79).


d. Mentaati dan mengamalkan ajaran-ajaran para sulinggih.

Sebagai yang telah diuraikan di depan bahwa wujud pelaksanaan Rsi Yajna memang dapat dilaksanakan dengan berbagai pelaksanaan, seperti juga halnya untuk menaati dan mengamalkan segala ajaran-ajaran pada sulinggih. Para sulinggih tersebut merupakan guru kerohanian bagi segenap umat Hindu. Guru kerohanian ini nantinya memberikan petunjuk-petunjuk yang benar dalam mengarungi samudera kehidupan. Tanpa adanya guru kerohanian, maka hidup ini menjadi gelap tanpa arah sehingga apa yang menjadi harapannya senantiasa terbengkelai.

Sama juga halnya di sini bahwa umat Hindu semestinya dapat menaati, menghormati, mengamalkan ajaran-ajaran dari para sulinggih. Mengingat sulinggih itu adalah orang suci umat Hindu. Kapan lagi swadharma kita sebagai umat Hindu untuk menghormati dan menaati ajaran sulinggih itu. Karena usaha untuk menaati dan menghormati tersebut juga merupakan wujud pelaksanaan rsi yajna. Selanjutnya hormat dan taat serta bakti kepada guru temasuk juga sulinggih dilakukan dengan jalan tunduk, patuh, mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh sulinggih (Sukrawati, 2010 : 83).



2.4   Pengaruh Rsi Yajna Terhadap Keseimbangan Kosmis

Rsi Yajna dalam prakateknya diwujudkan dalam bentuk pemberian pelayanan sebagai keperluan hidup para rsi, porohita, atau pandita. Karena swadharma uttama para pandita adalah melayani umat dalam upaya meningkatkan pemahaman akan ajaran suci Veda, maka untuk kelancaran tugas-tugasnya itu dibutuhkan kepedulian umat dalam meringankan tugas-tugas beliau. Tugas pandita untuk menanamkan nilai-nilai suci ajaran Veda tidaklah mudah, dibutuhkan kecerdasan, keuletan, kesabaran, pengetahuan, kesehatan dan ketenangan batin.

Itulah sebabnya Rsi Yajna itu dapat diwujudkan dalam bentuk Rsi Bhojana yaitu upacara keagamaan yang dilaksanakan dengan cara menjamu para pandita dengan menyuguhkan makanan dan minuman yang pantas. Makanan yang pantas bagi para pandita adalah makanan yang tergolong makanan satvika. Dalam perkembangan pemahaman masyarakat, maka dalam Rsi Yajna juga (disertai) dengan pemberian dana, punia (daksina) atau uang. Kalaupun pemberian dana, punia, atau daksina ini dinilai tidak sepenuhnya sama dengan pengertian Rsi Yajna sebagaimana pengertian yang diberikan oleh definisinya, namun motif yang mendorong untuk dapat memberikan sesuatu kepada orang yang disucikan merupakan hal yang positif.

Kedudukan maharsi, rsi, porohita, pandita, guru, dan orang suci dalam agama Hindu sangat penting, karena orang-orang itu-dipandang sebagai perwujudan Tuhan itu sendiri. Bahkan kata “guru” itu sendiri dalam bahasa Sanskerta artinya sama dengan “Tuhan”. Rsi atau guru merupakan perwujudan Tuhan sebagaimana disebut acarya devobhava (Taittirya Upanisad I.11.2). Para rsi atau para guru menjalankan peran Tuhan di bumi, sehingga setiap orang yang sungguh-sungguh menghormati para guru, pandita atau orang-orang suci (guru bhakti, guru susrusa) secara tulus hati sebagai perwujudan Tuhan, maka ia akan diseberangkan dari Samudera sengsara sebagaimana ada kalimat suci mengatakan "manasah bhajare guru charanam dhustarah bhava sagara tharanam" barang siapa yang memuji padma kaki guru sejati dengan segenap hati, maka niscala ia akan ciiseberangkan dari samudera sengsara (Donder, 2007 : 370).

Penghormatan secara tulus kepada para guru menyebabkan para guru senang dan Tuhan pun senang.  Dengan adanya perilaku manusia yang memiliki rasa terimakasih kepada guru sama artinya berterimakasih pda Tuhan. Hal itu menghantarkan manusia untuk menemukan identitas atau jati dirinya sebagai atman yang merupakan bagian dari Tuhan dan guru. Hubungan antara manusia dengan guru dan Tuhan. membuat manusia hidup bahagia, kehidupan yang bahagia memancarkan vibrasi aura anandam yang turut mempengaruhi keseimbangan kosmis. Kosmis akan cepat beraksi secara replektif secepat pikiran, hal ini dapat dibuktikan ketika pagi-pagi buta (subuh) pada saat udara masih dingin, namun begitu ada orang marah-marah, maka ruangan kamar dan halaman yang dingin itu spontan mendadak menjadi panas. Peristiwa itu sebagai bukti bahwa telah terjadi ketidakstabilan gelombang kosmis yang semula pada level rendah namun tersuperposisi akibat gelombang pikiran seseorang yang sedang marah-marah (Donder, 2007 : 370-371).

Dengan membiasakan berbuat rendah hati di depan para rsi , guru, atau orang suci, maka secara evolusif akan terbentuk perilaku otak yang selalu memancarkan pola gelombang alpha. Hal itu akan menyebabkan tubuhnya memancarkan gelombang rendah yang membuat orang lain kerkesan atau simpati melihatnya. Apalagi jika seorang guru itu benar-benar spiritualnya mapan, maka pancaran gelombang mata dan sikap tangan abhaya mudra akan mampu menstranfer energi-energi gelombang untuk mewujudkan kedamaian hati bagi setiap orang yang ada di dekatnya. Dengan pancaran kedamaian dari setiap orang itu, maka kosmis pun ikut damai.

Rsi Yajna sebagaimana diuraikan di atas dapat juga dilaksanakan dengan pemberian daksina yaitu pemberian dana, uang, atau materi secara tulus iklas kepada para rsi atau guru sebagai ungkapan rasa terima kasih atas tugas sucinya dalam mendidik masyarakat. Jika para guru atau rsi tidak melaksanakan tugasnya untuk mendidik umat manusia, maka manusia akan mengalami avidya atau kebodohan. Bila kebodohan yang melanda manusia, maka tirani, kebatilan, atau adharma yang akan menguasai manusia. Bila adharma menguasai manusia maka hilanglah kemanusiaan dalam diri manusia, dan hal itu sama dengan kehancuran umat manusia. Peranan para guru atau rsi sangat menentukan karma (tidak sama dengan nasib) alam semesta. Rsi Yajna akan membentuk ikatan spiritual antara guru, masyarakat, dan Tuhan. Dengan ajaran-ajaran para rsi atau guru itu, manusia mampu menengok ke dalam dirinya bahwa apa yang ada di luar dirinya ternyata ada juga di dalam dirinya. Hal ini akan menciptakan kedewasaan spiritual, kedewasaan spiritual akan mendewasakan emosi, dan kedewasaan emosi akan memperbaiki cara berpikir yang baik. Pikiran yang baik akan memancarkan gelombang alpha, gelombang pikiran alpha akan mempengaruhi keseimbangan kosmis (Donder, 2007 : 371).

Kewajiban pandita yang paling berat justru melakukan hayu hayuning bhuana yaitu menciptakan harmonisasi alm semesta. Oleh sebab itu, seorang pandita setiap harinya harus melakukan surya sevana, sebagaimana (Donder ,2007 : 372).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar